Oleh Ketin Tatu Ridja
Kemana sang arang menggertakkan nyali?
Masih sanggupkah kau menopang lelah sang tua?
Masih kau punya hati untuk bergeming disaat tanah muter koyak?
Ke padas ang Tua, mengapa kau tak tinggalkan keringat untuk dipeluh sang muda
Kau masih bisa melihat mereka bertengger dengan lutut tak goyah tapi memangku dagu?
Hei....Kau yang berdiri bagai sang Ksatria.
Ku kira kau masih punya hati untuk memilih sampah yang berserak
Menatap mata yang menatapmu dengan memilin air mata
Untuk kau yang kujunjung
Kita itu, aku, kau dan semua yang kesebut muda
Tersimpan sejuta harapan untukmu
Kau yang besok akan kembali menginjak sabana kering ini
Kau yang akan menabur jagung untuk kau makan
Kau yang kuyakini tidak berdagang warisan leluhur kita
Kau yang kemarin berteriak cinta sumba selamanya
Kubilang padamu hari ini!
Aku, kamu, kita,punya hutang kejayaan kepada Tana Marapu ini
Bila besok pagi fajar menyingsing
Dan kau bangun dengan kuat wanita kayu itu
Kau boyong si kobar api dengan dada kekarmu
Tolong palingkan matamu pada leluhur kita
Lihat rajawali bertengger di bahu mereka
Begitu hangatnya senyum yang tersirat dengan deruan nafas
Kau yang kusebut kita pastas menyaksikan itu
Karena...Kau
Adalah kita yang akan berboyong membawa peti mati berisi surga di Tana Marapu
Kita manusia api
Kita petarung cinta, kemiskian, dengki, amarah, keadilan dan budaya
Kita yang tak kenal lelah, hitam dan gelap
Tak takut panas untuk menyambut besok
Yang tetap bertahan sampai sisa tenaga terakhirmu tak terpakai
Kau yang kusebut mudawan.
Atas nama leluhurku bersumpah
Tana Marapu……
Kau yang dahulu kusanjung, kujanjikan kau akan selalu ku sanjung.
Ini ikhtiar anakmu kepada pendahulu
Selengkapnya silakan klik https://sites.google.com/sumbamedia.net/madingsekolah/puisi?authuser=0