top of page

Perkembangan Kepariwisataan di Kampung Adat Prai Ijing, Desa Tebara

Updated: Jan 12, 2021

Geliat pariwisata di Kampung Adat Prai Ijing tidak lepas dari peran Kepala Desa Tebara, Marthen Ragowino Bira. Ketika kembali dari menempuh pendidikan di Yogyakarta pada tahun 2007, dengan beberapa anak muda menggagas untuk mengembangkan Kampung Adat Prai Ijing karena ramainya kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara. Pada saat itu retribusi tiket masih secara manual, yaitu dengan menggunakan buku tamu, kemudian berinteraksi dengan wisatawan, menuliskan harapan pada buku tamu tersebut berharap bantuan wisatawan yang datang, dimana donasi tersebut digunakan untuk operasional dalam menjaga kelestarian kampung. Berjalan selama lima tahun, tingkat kunjungan wisatawan ke Kampung Adat Prai Ijing semakin meningkat. Pada tahun 2012 Marthen bersama beberapa pemuda kampung berupaya meningkatkan partisipasi masyarakat Kampung Adat Prai Ijing untuk terlibat menjadi pelaku pariwisata, walaupun pada awalnya banyak menemui kendala. Seperti ketidaksiapan masyarakat, tidak mengerti pariwisata. Namun seiring berjalannya waktu karena setiap hari dikunjungi wisatawan, diajak berinteraksi dengan wisatawan, selalu dilibatkan dalam musyarawarah dan bertukar pikiran sehingga akhirnya masyarakat paham mengenai pentingnya pengembangan pariwisata di kampung mereka, namun tetap memperhatikan kearifan lokal Kampung Adat Prai Ijing.


Kampung Adat Prai Ijing resmi menjadi daya tarik wisata pada 2 Juli 2018 berdasarkan Perdes Tebara No. 02 Tahun 2018 tentang Daftar Kewenangan bedasarkan Hak Asal Usul dan Kewenanangan Lokal Berskala Desa Pasal 5 Ayat 1 dan Perdes Tebara No. 04 Tahun 2018 tenang Retribusi Objek Wisata Desa, Penginapan Desa dan Pasar Desa. Adapun retribusi masuk Kampung Adat Prai Ijing untuk pengunjung wisatawan domestik Rp. 20.000/orang dan Rp 50.000/orang untuk wisatawan mancanegara.


Perkembangan wisata di Kampung Adat Prai Ijing semakin maju dikelola oleh Bumdes Iyya Tekki, daya tarik wisata ini memberikan dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat lokal. Pada awal pengembangan Kampung Adat Prai Ijing sebagai daya tarik wisata Pendapatan Asli Desa (PAD) yang diperoleh dari kegiatan wisata mencapai lebih dari Rp. 80.000.000 dalam dua bulan. Ada 60 orang warga Dusun Tiga Prai Ijing yang dilibatkan mengurus kegiatan pariwisata yang kebanyakan adalah petani dan buruh ladang. Keberadaan Kampung Adat Prai Ijing ini mampu memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat lokal yang terlibat secara langsung pada kegiatan pariwisata. Selain itu, ramainya tingkat kunjungan wisatawan juga memberikan manfaat ekonomi bagi warga Dusun Tiga Prai Ijing secara umum, yang diperoleh dari tiket masuk, maupun dari atraksi dan aktivitas wisata di Kampung Adat Prai Ijing, diantaranya menyumbangkan dana bagi warga yang sedang kedukaan (uang kopi gula), pada akhir tahun 2018 membagikan kontribusi sebesar Rp. 500.000/rumah yang digunakan untuk biaya upacara podu (puasa), dan pembayaran listrik sumur bor sebesar Rp. 215.000/bulan. Semakin banyaknya masyarakat Kampung Adat Prai Ijing yang terlibat dalam kegiatan wisata diharapkan pada akhirnya masyarakat menjadi mandiri dan produktif, dana desa hadir menjadi stimulan sehingga hadir usaha-usaha ekonomi produktif di masyarakat. Harapannya dengan adanya pengembangan pariwisata, masyarakat menjadi produktif, sekaligus tetap dapat menjalankan budaya secara professional. Artinya seimbang dengan pendapatan, yaitu tidak lagi dilanda masalah utang piutang atau kemiskinan serta dapat mencukupi kebutuhan rumah tangganya.


Selain membangun sarana dan infrastruktur, Kepala Desa bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Sumba Barat serta Bumdes Iyya Tekki berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan mengikutsertakan anak-anak dan remaja belajar Bahasa Inggris melalui komunitas English goes to Kampung. Hal ini mengingat pentingnya kemampuan berkomunikasi dengan setiap tamu yang datang. Kegiatan ini dilaksanakan setiap dua kali seminggu sejak April 2018. Kemampuan dan keterampilan berbahasa Inggris para pelajar usia SD hingga SMA terus dilatih agar kelak mereka mampu menjadi generasi penerus kegiatan wisata di Kampung Adat Prai Ijing, termasuk menjadi pemandu wisata. Hal ini merupakan upaya dalam meningkatkan pelayanan serta keramahtamahan masyarakat lokal dalam menyambut dan melayani tamu yang datang. Keramahan warga menjadi salah satu magnet kuat untuk menarik wisatawan yang datang.


Pengembangan kawasan ini menggunakan Rp. 150.000.000 dari total dana desa sekitar Rp. 1, 2 Milyar dari Pemerintah Pusat melalui Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi melalui Program Kotaku (Kota Tanpa Kumuh). Diantaranya untuk melakukan penataan, pembangunan rumah adat, tempat sampah, toilet, dan penataan pagar keliling kampung.


Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, khususnya di bidang pariwisata dilakukan juga dengan melaksanakan pelatihan keterampilan secara rutin. Kampung Adat Prai Ijing merupakan salah satu desa binaan wisata Balai Latihan Masyarakat (BLM) Denpasar. Pelatihan berupa pembuatan kerajinan tangan yang terbuat dari bahan alami yang berasal dari tanaman-tanaman hasil alam dan hewan khas Sumba, khususnya Kampung Adat Prai Ijing, seperti tas yang terbuat dari daun pandan, gelas bambu, gantungan kunci dan mangkok dari tempurung kelapa, kalung parang terbuat dari tanduk kerbau, mamuli/hiasan terbuat dari tanduk kerbau, tas manik khas Kampung Adat Prai Ijing. Selain itu, perangkat desa, anggota Bumdes, serta masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata di Kampung Adat Prai Ijing juga secara rutin mengikuti pelatihan sumber daya manusia atau studi banding ke luar kota, seperti ke Bali dan Yogyakarta dengan harapan memperoleh ilmu dan keterampilan yang kemudian dapat diaplikasikan dalam mengelola dan mengembangkan Kampung Adat Prai Ijing secara berkelanjutan, yaitu tidak hanya terfokus pada pengembangan atraksi, produk dan aktivitas wisata tapi juga mengutamakan pelayanan yang professional dengan selalu menjaga kelestarian dan kearifan lokal Kampung Adat Prai Ijing.


Prai Ijing, 28 Juli 2019


Fransiska Fila Hidayana


57 views0 comments
bottom of page