
Sebagai sesuatu yang bertumbuh seiring perjalanan waktu dan menjamaknya ranting jejaring, Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) menunjukan dedikasinya sekali lagi sembari merapihkan diri. Merujuk tematik ‘Revival’, JAFF ke – 14 kali ini merayakan kebangkitan Sinema Asia sebagai buah pencapaian bersama para sineas lintas bangsa se-Asia Pasifik.
Diadakan pada 19 – 23 November 2019 lalu, JAFF 2019 berhasil menjaring atensi para penikmat film dari berbagai kota di Indonesia. Tak jarang hanya menyisakan sedikit ruang di sudut-sudut studio Empire XXI sebagai venue utama gelaran ini, akibat antusiasme pengunjung yang mengular panjang. Sebagian berkalung identitas sebagai ‘Sahabat Hanoman’ yang loyal dan telah terdaftar resmi sebagai penonton sejumlah film terpilih.
Sistem ticketing ‘Sahabat Hanoman’ sendiri merupakan kehendak untuk menjadikan prosedur pembelian tiket menonton JAFF menjadi lebih efektif dan mudah diakses oleh para Sahabat Hanoman (baca : pengunjung setia JAFF). Boleh jadi program ‘Sahabat Hanoman’ yang telah digagas pada 2017 lalu ini bukan semata panggilan akrab di lingkar pergaulan sineas, namun kelak menjadi semacam database berharga bagi perkembangan literasi sinema di tahun-tahun mendatang, sehingga massa bukan lagi menjadi soal yang utama, melainkan teralih pada kualitas literasi sinema itu sendiri.
Loyalitas laiknya oleh Sahabat Hanoman sudah semestinya dipertemukan dengan pilihan film yang beragam dan kaya. JAFF kali ini menghadirkan sejumlah 107 film dari 23 negara di Asia yang juga dimaknai dengan sesi tanya jawab bersama para sineas, serta beberapa rangkaian lainnya seperti Public Lecture, Community Forum, JAFF Education, serta Jogja Future Project yang bertempat di LPP Yogyakarta. Rangkaian ini juga merupakan rancang program yang sedari tahun 2006 silam dirawat dalam festival film yang hingga kini turut melahirkan sejumlah sineas di blantika perfilman tanah air ini. Menghadirkan para sineas dan pengamat sinema mumpuni yang berbagi mengenai proses kreatif sebuah film, dinamika industri perfilman, strategi funding dan kesempatan digarapnya sebuah proposal film yang dibingkai dalam program khusus bernama Jogja Future Project, hingga ruang bertemu antar komunitas film.
Kekuatan akar gelaran JAFF kali ini juga tampak dalam semangat dasar untuk menghadirkan sinema Asia terpilih melalui program kompetisi dan nonkompetisi yang dirilis melalui serangkaian proses kurasi dan penjurian. Catatan kuratorial pun dihadirkan sebagai pengawal dini bagi penonton untuk memperoleh gambaran mengenai benang merah yang tertaut di antara film yang terpilih, hingga terhimpun menjadi bagian dari masing-masing kategori program. Sejumlah kategori program tersebut di antaranya Asian Feature, Light of Asia, JAFF Indonesia Screen Awards, Asian Perspective (Feature & Shorts), Focus on Bengali Cinema, Special Program Shanghai International Film Festival, Special Program Layar Klasik, dan Special Event – Open Air Cinema.
Beberapa program diantaranya merupakan kompetisi yang merebutkan sejumlah penghargaan di antaranya Golden Hanoman Award, Silver Hanoman Award, NETPAC Award, Geber Award, Blencong Award, Jogja Film Student Award, serta JAFF Indonesia Screen Awards. Ajang penghargaan ini memberi ruang kemungkinan capaian, baik dalam lini sinema lintas bangsa di Asia, sinema khusus di tanah air untuk nominasi Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Penulis Naskah Terbaik, Pemeran Terbaik, dan Sinematografi Terbaik, hingga pada jenjang capaian sinema bagi mahasiswa Jurusan Penyiaran, Komunikasi, serta Film dan Televisi di Yogyakarta.
Di usianya yang kini menginjak angka 14, JAFF barangkali telah berbenah sekian kali dalam memetakan berbagai gagasan yang selaras dengan kekayaan bertutur masyarakat Asia melalui film. Mencoba membacanya melalui proses seleksi dan kurasi yang matang, kemudian dihadirkan melalui pengalaman menonton dan berdiskusi yang memantik catatan tentang pesan-pesan keseharian yang berkelindan di kehidupan masyarakat Asia. Semoga dengan bertumbuhnya akar kesadaran membangun pola apresiasi sinema Asia laiknya Jogja-NETPAC Asian Film Festival yang berkala, kelak kita akan memiliki rumpun berdialektika yang subur.
PARA PEMENANG KOMPETISI JOGJA-NETPAC ASIAN FILM FESTIVAL 2019 ‘REVIVAL’ :
Golden Hanoman Award :
HOUSE OF HUMMINGBIRD (Bora Kim/South Korea – USA)
Silver Hanoman Award :
THE SCIENCE OF FICTIONS (Yosep Anggie Noen – Indonesia)
NETPAC Award :
AURORA(Bekzat Primatov – Kyrgyztan)
NETPAC Award :
NAKORN-SAWAN(Puangsoi Akornsawang – Thailand)
JAFF Indonesia Screen Awards / Best Film :
DUA GARIS BIRU (Kharisma Starvision Plus, Wahana Kreator Nusantara)
JAFF Indonesia Screen Awards / Best Director :
GINA S. NOER (Dua Garis Biru)
JAFF Indonesia Screen Awards / Best Cinematography :
YUNUS PASOLANG (Susi Susanti : Love All)
JAFF Indonesia Screen Awards / Best Performance :
LAURA BASUKI (Susi Susanti : Love All)
JAFF Indonesia Screen Awards / Best Script :
GINA S. NOER (Dua Garis Biru)
Geber Awards :
MA. AMA (Dominic Sangma – India)
Jogja Film Student Awards :
DIARY OF CATTLE (Lidia Afrilita – Indonesia)
Blencong Awards :
DIARY OF CATTLE (Lidia Afrilita – Indonesia)